Beberapa tahun belakangan ini, ketika elektronik sudah mulai masuk ke sendi-sendi kehidupan kita, “komunikasi langsung” semakin jarang terjadi. Kalau dulu kita masih sering mendengar senda gurau dan obrolan-obrolan ringan antar penumpang angkot/bus/pesawat yang tidak saling mengenal, saat ini pemandangan tersebut semakin langka. Lebih banyak orang yang memilih menunduk menatap layar gadget daripada mengajak ngobrol orang di sampingnya.
Kondisi tersebut ternyata tidak hanya banyak terjadi dalam lingkup sosial yang luas, melainkan juga sering kita temukan di lingkup sosial yang lebih kecil yaitu di sebuah keluarga.
Komunikasi dalam keluarga semakin jarang terjadi karena beberapa alasan. Diantaranya adalah karena:
1. Anak-anak jarang berada di rumah karena mereka sibuk sekolah dari pagi hingga siang. Lalu dilanjutkan dengan les atau ikut ekstrakurikuler yang kadang-kadang memakan waktu hingga sore hari.
2. Sebaliknya, orang tua juga kadang-kadang terlalu sibuk bekerja dari pagi hingga malam. Ketika berada di rumah pun mereka sudah kecapekan dan tidak punya waktu untuk mengajak ngobrol anggota keluarga yang lain.
3. Media elektronik (gadget) seringkali mengambil alih waktu waktu luang yang seharusnya bisa dimanfaatkan untuk menjalin komunikasi.
4. Kurang adanya peraturan di dalam rumah menyebabkan waktu-waktu potensial untuk berkomunikasi semakin sulit ditemukan.
Misalnya, anggota keluarga masih terlihat suka makan sendiri-sendiri, atau makan bersama-sama di satu meja-makan tapi sambil membawa gadget, atau, menonton TV tanpa kenal waktu.
Berbagai kondisi di atas menyebabkan komunikasi di dalam sebuah keluarga semakin jarang terjadi. Bahkan komunikasi yang intens semakin langka. Akibatnya, anggota keluarga tidak bisa menunjukkan (berbagi) kasih sayang kepada anggota keluarga lainnya, rasa saling mencintai semakin berkurang, berbagai masalah seringkali tidak terekspos, orang tua tidak mengenal anaknya sendiri, bahkan kadang-kadang jadi acuh tak acuh atau tidak peduli.
Untuk meningkatkan komunikasi dalam keluarga, berikut adalah dua ide yang bisa Anda coba.
Ide pertama yang paling mudah dan paling sering dimanfaatkan untuk menguatkan ikatan antar keluarga dan untuk meningkatkan komunikasi adalah dengan makan bersama-sama di satu meja makan. Diantara waktu yang paling tepat adalah ketika makan malam dan/atau pada saat sarapan.
Agar komunikasi lebih lancar, maka makan bersama di satu meja makan harus diikuti dengan peraturan: Setiap anggota keluarga dilarang membawa peralatan elektronik (gadget) atau apapun itu yang dapat mengalihkan perhatian.
Beberapa dekade sebelumnya, ketika televisi masih jarang kita temukan di rumah-rumah, biasanya orang se-RT bahkan orang sekampung kadang-kadang bisa nonton di satu rumah yang ada TV-nya. Pada moment tersebut mereka sering terlibat obrolan satu sama lain sambil menunggu acara utama, bahkan menonton TV bersama-sama juga membuat mereka mengenal satu sama lain.
Kebalikannya, saat ini TV sudah hadir hampir di setiap rumah. Bahkan, kadang-kadang di dalam satu rumah adat 2-3 televisi terinstal. Mulai dari, di ruang tamu, di kamar ortu, dan di kamar anak.
Akibatnya, anak dan orangtua seringkali nonton sendiri-sendiri. Padahal, orang tua sangat dianjurkan untuk mendampingi anak mereka ketika menonton televisi atau menonton film untuk menjaga dan memberikan penjelasan.
Disamping itu, menonton bersama-sama bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan intensitas komunikasi, meningkatkan hubungan baik antar anggota keluarga, saling lebih mengenal, lebih hemat, mencegah anak melakukan hal negatif, dan lain-lain.
ku cuma punya 1 tv aja, mba. wehehe. :D itu pun yang nonton ibuk xD
ReplyDelete